FILUM
ROTIFERA
LAPORAN PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR
Disusun Oleh
Ahadiftita Hafsha Khairunnisa
1114111004
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
1.
Amati
sediaan di bawah mikroskop. Gambar dan berilah keterangan pada kertas gambar !
2.
Tulis
catatan tentang rotifer menyangkut hal-hal berikut :
a.
Bentuk
tubuh
b.
Dinding
tubuh
c.
Pergerakan
d.
Ekskresi
e.
Reproduksi
|
ROTIFERA
|
Bentuk tubuh
|
Bentuk
badan bulat atau selindris. Pada bagian badan(trunk) terdapat tiga buah
tonjolan kecil yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena
lateral. Pada unjung antena biasanya terdapat terdapat bulu-bulu sebagian
alat indera.
|
Dinding tubuh
Pergerakan
|
Tubuh
tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinsitial, dengan jumlah
nuclei yang selalu tetap. Epidermis menghasilkan kultikula, tipis sampai
tebal, tersgantung jenisnya, bahkan ada yang mengeras seperti cangkang
disebut lorica.
Dibawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan
membujur, namun tidak terorganisir sebaik pltyhelninthes. Antara dinding
tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel
ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sinsitial.
Sebuah kaki yang langsing terletak
di ujung posterior. Kultikula pada kaki acapkali berkerut-kerut sehingga
tampak seperti beruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke dalam
badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di
dalam kaki terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan
perekat untuk menempel pada subtrat.
|
Ekskresi
|
Pada
tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul. Kedua
protonephrida tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara
pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan
kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang
demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida adalah sebagai
osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh.
Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat
tubuh rotifera tersebut.
|
Reproduksi
|
Semua rotifera dioecious.
Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada
betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan,
hanya memiliki alat reproduksi saja. Partogenesis merupakan peristiwa yang
umum terjadi. Perkawinan pada rootifera biasanya dengan jalan”hypodermic
impregnation”, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada
ovari menjadi sebuah telur. Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu
jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina
maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya.
|
(kartaj09.student.ipb.ac.id/2010/09/28/filum-rotifera/)
3.
Banyak
metazoa yang hidup di daerah-daerah ekstrim seperti lumut, kolam musiman dan
tanah becek. Beberapa hewan sering memiliki adaptasi reproduksi seperti
memproduksi telur-telur yang resisten terhadap kondisi ekstrim. Buatlah sebuah
esai mengenai adaptasi-adaptasi apa saja yang dilakukan hewan-hewan metazoa
(seperti misalnya rotifer, nematode dan tardigrade) untuk bertahan hidup pada
kondisi ekstrim !
Nematoda :
Di dalam sedimen lumpur biasanya lebih dari 90% meiofauna,
terutama Nematoda, hidup pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan sedimen.
Meiofauna ini dapat hidup pada kedalaman beberapa desimeter di pantai berpasir dan pada hamparan pasir
yang halus, kelimpahan tertinggi biasanya pada kedalaman ± 10– 20 cm.
Kebanyakan meiofauna ini tidak memerlukan oksigen dalam jumlah banyak dan
kemungkinan secara fakultatif anaerob. Beberapa taksa meiofauna dapat hidup
menetap pada permukaan sedimen yang mengandung sulfat, dan satu di antaranya merupakan
organisme yang hidup pada kondisi tidak beroksigen,yaitu Nematoda. Secara umum,
Nematoda mendominasi jumlah dari total meiofauna, kemudian biasanya diikuti
oleh Copepoda dan Gastrotricha. Terkait dengan habitatnya, meiofauna dapat
dijumpai di berbagai tipe habitat baik habitat yang bervegetasi maupun yang
tidak bervegetasi. Habitat bervegetasi (sepertialga, lamun dan mangrove) dan
habitat yang tidak bervegetasi (seperti hamparan pasir pantai yang luas
dan pantai berbatu) dapat menciptakan habitat tersendiri bagi meiofauna dan memiliki karakteristik yang
khas yang berbeda satu denganlainnya(Zulkifli, 2010). Semua organisme meiofauna berukuran sangat
kecil. Adaptasi yang sangat nyata terhadap lingkungan dinamis adalah
ukuran dan bentuk tubuh. Ukuran tubuh
meiofauna interstisial berkisar 0.63–1 mm (63–1.000 μm). Bersamaan dengan
tubuh yang kecil, terjadi juga penyederhanaan dalam keruwetan
dan banyaknya sistem organ tubuh pada binatang interstitial ini, sebagai
contoh, perlengkapan faring (pharynx)
yang kompleks, insang parapodiadan bahkanginjal (nephiridia) seringkali
tidak ditemukan pada polikaeta makrofauna (http://www.scribd.com/doc/79186899/Makalah-Organisme-Interstitial).
Beruang
laut :
Dalam adaptasi terhadap lingkungannya, beruang kutub
membutuhkan rambut yang bening. Mekanisme ini mempunyai arti penting bagi
kehidupan beruang kutub. Selain untuk kamuflase, dengan tidak berwarnanya
rambut beruang kutub, penyerapan radiasi matahari yang sangat kecil di daerah
kutub menjadi sangat efisien. Dengan rambut yang tidak berwarna, rambut
beruang kutub menjadi bersifat fiber optic, yang artinya radiasi
matahari akan langsung diteruskan ke kulit sehingga sangat mudah diserap kulit.
Alih-alih memakai pakaian transparan, maka kulit akan sama dengan tidak memakai
penutup. Dan
ternyata, kulit beruang kutub juga telah dirancang secara sempurna. Dibawah
kulit tersimpan lapisan lemak coklat dengan ketebalan ±10 cm. Lemak yang
berwarna gelap ini akan menangkap radiasi lebih banyak daripada lemak yang
umumnya berwarna putih atau kuning, dan kemudian radiasi tersebut disimpan
hingga akan diubah menjadi energi (panas) oleh metabolisme tubuh beruang kutub.
Struktur rambut beruang kutub juga telah dirancang secara sempurna oleh Arsitek
alam ini. Jika diteliti lebih jauh, ternyata rambut beruang kutub tersusun atas
dua struktur. Rambut bagian distal ternyata kasar, kaku, dan oily.
Sedangkan rambut bagian proximal lebih lembut, rapat (tumbuh padat), dan
bercabang. Dapat dideskripsikan seperti bulu pada aves, dimana bulu bagian
proximal lebih kasar, kaku, dan teratur, sedangkan bulu bagian distal lebih
bercabang, dan lentur, lembut.
Struktur ini menguntungkan beruang kutub. Bagian
distal rambut yang kaku, kasar, dan oily melindungi beruang
kutub dari pensaljuan dan membantu pengeringan rambut dengan segera setelah
berenang. Sedangkan bagian proximal yang bercabang, lentur, dan rapat membantu
beruang dari kemungkinan pertukaran kalor dengan lingkungan yang ekstrim (-200C
pada musim dingin).
Pada musim dingin, beruang akan meminimalisasi
pengeluaran energi dengan cara yang umum disebut hibernasi. Selain itu, beruang
kutub juga akan menghangatkan tubuhnya dengan ‘tidur’ dengan persediaan makanan
yang telah disiapkan di dekat ‘tempat tidurnya’ saat pra musim dingin. Hal ini
sangat diperlukan karena walaupun selama musim dingin beruang meminimalisasi
kehilangan energi, namun suplai energi juga harus tetap ada. Energi tubuh saat
musim dingin benar-benar dialokasikan hanya untuk menghangatkan tubuh dan
mempertahankan fungsi faal tubuh. Selain itu, struktur kulit yang kemudian
dilapisi lemak coklat juga sangat memproteksi beruang kutub dari kemungkinan
kehilangan kalor karena selain bersifat isolator, lemak coklat juga bersifat
insulator (http://lariajamift.wordpress.com/2007/10/08/how-animal-do-that-mekanisme-adaptasi-beruang-kutub-ursus-maritimus/).
Rotifera
:
Pada umumnya berbagai faktor lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan populasiBrachionus plicatilis, faktor
lingkungan yang dimaksud antara lain: suhu, derajat keasaman dan salinitas(Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).
1. Suhu
Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih
dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah
10°C akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35°C akan
menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30°C merupakan kisaran
suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi.
2. Salinitas
Isnansetyo & Kurniastuty,(1995) menyatakan bahwa Brachionus plicatilisbetina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada
salinitas 98 ppt, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35 ppt, disamping itu Brachionus
plicatilis juga bersifat euryhalin.
3. Derajat keasaman
Keasaman air turut mempengaruhi kehidupan rotifera. Rotifera Brachionus plicatilis ini masih dapat bertahan hidup pada pH 5 dan pH 10,
sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi berkisar antara 7,5-8,0
(Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).
4. Oksigen terlarut (DO)
Menurut Anonimus (1990)
kualitas air media dengan kandungan oksigen terlarut tidak kurang dari 4,15 ppm
layak bagi rotifer ((http://pande-artana.blogspot.com/2012/01/rotifera-brachionus-plicatilis-dan.html).
4.
Carilah
beberapa literatur, sebut dan gambarlah paling sedikit 5 jenis rotifera dan
jelaskan peranannya bagi budidaya perikanan.
1.
Brachionus sp
Klasifikasi
Phylum : Avertebrata
Kelas : Aschelmintes
Sub kelas : Rotaria
Ordo : Eurotaria
Family : Brachionidae
Sub family : Brachioninae
Genus : Brachionus
Species : Brachionus
plicatilis
Brachionus plicatilis merupakan jenis plankton hewani yang hidup di perairan litoral dan
termasuk pakan larva ikan laut yang penting. Dalam percobaan pembenihan ikan
laut, rotifera diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih satu bulan.
Kegunaan Brachionus plicatilis secara
tidak langsung mulai berkembang. Brachionus plicatilis merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga
seringkali sangat diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa
plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia, seringkali
menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan.Brachionus
plicatilis sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama
sebagai pakan yang baik pada larva ikan maupun udang (http://pande-artana.blogspot.com/2012/01/rotifera-brachionus-plicatilis-dan.html).
2.
Brachionus rotundiformis
Klasifikasi
Filum :
Rotifera
Kelas :
Monogononta
Ordo :
Ploima
Famili :
Brachionidae
Sub Famili :
Brachioninae
Genus :
Brachionus
Spesies : Brachionus rotundiformis
Brachionus rotundiformis adalah salah satu anggota dari
filum Rotatoria
(Rotifera). B.
rotundiformis biasa digunakan sebagai
pakan hidup dalam
produksi ikan ataupun udang. Untuk menghasilkan B. rotundiformis yang
maksimal diperlukan jenis mikroalga yang tepat dan tingkat pH yang stabil.
Kestabilan pH dilakukan dengan menggunakan larutan kalsium karbonat
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar